Kebumen, 3 Juli 2025 — Tepat hari ini, Kamis (3/7), Perguruan Taman Siswa memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-103 dengan mengangkat tema “Saat Kembali pada Nilai Kebangsaan”. Upacara peringatan digelar di kompleks Taman Siswa, Yogyakarta, dan dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk tokoh pendidikan, budayawan, alumni, serta pelajar dari berbagai cabang Taman Siswa di seluruh Indonesia.
Tema tahun ini dipilih sebagai refleksi atas kondisi bangsa yang tengah menghadapi tantangan identitas, nilai, dan integritas kebangsaan.
“Taman Siswa lahir dari semangat perjuangan, dari nasionalisme yang mendalam. Di usia 103 tahun ini, kita diingatkan untuk kembali pada akar: pendidikan yang membentuk manusia merdeka, berkarakter, dan mencintai tanah air,” ujar Ki Prasetyo di hadapan peserta upacara.
Acara HUT ke-103 ini juga dimeriahkan dengan kirab budaya, pementasan ketoprak, serta seminar pendidikan nasional bertajuk “Pendidikan Berbasis Kebudayaan sebagai Fondasi Bangsa”. Di sela kegiatan, ditampilkan pula arsip-arsip bersejarah tentang Ki Hadjar Dewantara — pendiri Taman Siswa — dan perjalanan panjang perjuangan lembaga ini dalam mewujudkan pendidikan yang membebaskan.
Menghidupkan Kembali Semangat Ki Hadjar Dewantara
Tahun 2025 ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan kembali pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menekankan pentingnya pendidikan sebagai alat pembebasan dan pembentukan karakter bangsa. Dalam berbagai sesi diskusi, para akademisi menyoroti bagaimana prinsip “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” masih sangat relevan di tengah arus globalisasi dan disrupsi teknologi.
“Nilai-nilai kebangsaan bukan sekadar slogan. Ia harus hidup dalam ruang belajar, dalam sistem pendidikan kita. Taman Siswa menegaskan itu selama lebih dari satu abad,” kata Dr. Rini Ardianti, pakar pendidikan budaya dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Menjawab Tantangan Zaman
Dalam rangkaian HUT ini, Taman Siswa juga meluncurkan program “Digitalisasi Nilai-Nilai Kebangsaan” yang bertujuan mengintegrasikan ajaran Ki Hadjar dengan platform pendidikan digital. Program ini diharapkan menjadi jembatan antara tradisi dan inovasi dalam pendidikan.
“Kembali ke nilai kebangsaan bukan berarti mundur, tetapi memelihara akar agar pohon bangsa ini tetap tumbuh kuat di masa depan,” tegas Ki Slamet.
HUT Taman Siswa ke-103 menjadi pengingat bahwa pendidikan tidak hanya soal transfer ilmu, tapi juga pembentukan jiwa kebangsaan yang kokoh. Di tengah tantangan global, nilai-nilai lokal dan nasional tetap menjadi penyangga utama eksistensi bangsa.